JellyMuffin.com - The place for profile layouts, flash generators, glitter graphics, backgrounds and codes
GLAMOUROUS AND FRENETIC WORLD OF INDONESIA
4/07/2008

Tyas Mirasih dan Baju-Bajunya

0 comment

Tyas Mirasih tengah kelimpungan menghadapi peningkatan bobot tubuh. Jarum pada alat timbangan sudah menunjukkan angka yang tidak bisa lagi ditoleransi. Menurut mantan kekasih Bams "SamSonS" itu, kenaikan berat badan tersebut terjadi karena ritme kerjanya di sinetron kejar tayang berjudul Serpihan beberapa waktu belakangan ini.

"Syuting tiap hari. Lama menunggu giliran take, nggak ada kerjaan, jadinya makan melulu," kata Tyas ditemui setelah perayaan ulang tahun ke-9 Management di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Selasa, 1/4-2008.

Awalnya, Tyas mulai curiga dengan perubahan bentuk tubuhnya setelah orang-orang di sekitarnya berkomentar. "Banyak yang bilang bahwa aku tambah gemuk. Terutama, teman-teman di lokasi syuting. Setelah menimbang badan, ternyata benar," ungkapnya.

Artis yang sering mejeng di klip video band-band papan atas itu menambahkan, bagian tubuhnya yang paling kelihatan gemuk adalah perut dan lengan. Bukan sekadar mengurangi rasa percaya diri, kata Tyas, hal tersebut mengganggu dirinya saat hendak menggunakan properti syuting.

Pakaian yang di awal syuting cukup patut dia kenakan saat ini tidak bisa dipakai lagi.

"Nggak muat. Dipaksain, kancingnya malah mau copot," ujar Tyas yang keukeuh menutupi berat badannya saat ini. "Baju-bajuku di rumah juga jadi nggak awet," sambungnya.

Untuk mengatasi masalah itu, Tyas mulai mengatur pola dan menu makanan yang dikonsumsi.

"Sekarang, aku makan beras merah. Maunya sih olahraga. Tapi, susah. Waktunya nggak ada. Ketika syuting, berangkat pagi, pulang malam," paparnya.

Untuk sementara, Tyas menyiasati cara berpakaiannya agar postur besarnya tidak terlalu mencolok.

"Aku memakai baju yang longgar-longgar biar tidak kelihatan," tukasnya. (wan)

Denada Langsing, Cari Pendamping

0 comment

Kerja keras Denada untuk menurunkan berat badan berbuah manis. Penyanyi bernama lengkap Denada Elizabeth Anggia Ayu Tambunan itu saat ini tampak lebih langsing jika dibandingkan dengan sebelumnya.

Meski tidak mau mengakui berapa bobot yang telah menyusut, menurut desainer yang biasa membuatkan baju untuk Denada, lingkar pinggangnya berkurang hingga 12 sentimeter.

Putri penyanyi lawas Emilia Contessa itu mengaku sudah dua tahun menerapkan pola diet sehat untuk mendapatkan bentuk tubuh seperti sekarang.

"Dulu aku pernah diet instan. Pakai obat, sedot lemak, akupunktur, sampai suntik. Hasilnya, malah masuk rumah sakit dan dirawat," kenangnya.

"Bahkan, aku pernah minum obat pelangsing yang ternyata dilarang Departemen Kesehatan," curhatnya saat ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis, 4/4-2008. Pengalaman buruk itu membuat Emilia Contessa menantang Denada untuk diet sehat.

Caranya, berolahraga dan mengatur pola makan. Ketika itu, perempuan 29 tahun tersebut diberikan jaminan enam bulan. Jika lewat enam bulan, tetapi berat badan tidak juga turun, dia dipersilakan kembali menggunakan cara instan untuk menghilangkan lemak.

"Ternyata, baru tiga bulan sudah ada perubahan," ujar perempuan kelahiran 19 Desember 1978 tersebut. Untuk mencapai itu, Denada berhenti makan gorengan, mengganti nasi dengan beras merah, dan olahraga teratur. Selain itu, Denada berusaha menyeimbangkan pola makan.

"Yang penting nggak kelaparan dan menyiksa diri sendiri. Itu diet yang baik," paparnya.

Disinggung soal kapan punya pacar dan menikah, Denada meminta doa dari wartawan. Menurut dia, sudah ada beberapa pria yang dekat, tapi belum menyatakan keseriusannya.

"Sekarang kedip-kedipan mata doang," tuturnya lantas tertawa.

Perempuan seusianya saat ini, kata Denada, sudah tidak pantas cari pacar. Pantasnya cari suami. "Saya memang sedang mencari pendamping, tapi belum ada yang melamar." (wan)

Desy Ratnasari, Miskin dan Kelaparan

0 comment

Lewat peran sebagai ibu Ardan dalam film Kun Fayakuun (KFK), Desy Ratnasari, mengobati kerinduan berakting di layar lebar. Terakhir, dia bermain dalam film Joshua-Joshua (2001) bersama Joshua dan Anjasmara.

Selama ini, Desy tidak mau main film karena menunggu saat yang tepat. Bukan hanya dari segi cerita, tapi juga soal waktu.

"Senang rasanya dapat kesempatan lagi main film yang cocok dengan umur saya, hati saya, dan tim kerjanya juga," katanya seusai pemutaran perdana KFK di Setiabudi 21 kemarin, 5/4-2008.

Dengan alasan umur yang tak lagi muda, Desy mengaku dirinya saat ini kurang pas bermain drama percintaan atau drama remaja. Tema religi seperti yang diangkat film yang diproduseri Ustad Yusuf mansur itu dirasa lebih cocok.

"Saya sangat suka dengan skenarionya yang sederhana.Tidak menjual mimpi," tutur ibu satu anak itu.

Karakter Desy di film tersebut digambarkan sebagai seorang istri yang salehah dan setia kepada suami, Ardan (Agus Kuncoro), yang bekerja sebagai tukang kaca keliling. Dengan senyumnya yang khas, dia selalu menyambut sang suami di rumah selepas berkeliling.

Kehidupan rumah tangga mereka sangat sederhana. Bahkan, cenderung miskin. Sering mereka tidak punya nasi untuk makan.

"Itu dia yang sulit. Saya alhamdulillah hidup berkecukupan sejak kecil. Tidak pernah kekurangan nasi. Jadi, saya sempat berpikir seperti apa ekspresi dan perasaan ketika kita tidak punya nasi ?" ujar perempuan kelahiran 12 Desember 1973 itu.

Meski begitu, kata Desy, filmnya tidak lantas mengumbar kesedihan. Menurut dia, ada hikmah yang bisa dipetik dari suasana keluarga di film itu.

"Walaupun menderita, kami tidak ingin penonton kasihan melihatnya. Suasana seperti ini memang alami, apa adanya, tidak dilebih-lebihkan," ulasnya.

KFK adalah film religius yang banyak mengajarkan penonton agar lebih dekat dengan Tuhan dan pasrah atas kehendak-Nya. Ajaran-ajaran seperti itu bukan tecermin dari perbuatan para pemain.

"Niat awal kami memang dakwah. Sebab, sekarang banyak film yang merusak akidah. Saya yakin, kalau kita memberi sesuatu yang baik, orang pasti nonton, walaupun genrenya bukan yang sedang tren," kata sutradara KFK, Guntur Novaris.

Disinggung apakah KFK yang akan tayang 17 April mendatang itu memanfaatkan momen kesuksesan Ayat Ayat Cinta (AAC) karena memiliki genre sama, Desy membantah.

"Kami produksi sudah lama, jauh sebelum itu (AAC). Bahkan, idenya itu kata Ustad (Yusuf) sejak dua tahun lalu," tegas kekasih pengusaha Irwan Musri itu.

Desy tidak terlalu ambil pusing, apakah filmnya akan laris seperti AAC atau tidak. Yang terpenting, menurut dia, keikutsertaannya telah memberikan warna lain, variasi lain dari film-film yang banyak beredar sekarang.

Kemarin, Desy mengajak serta anaknya, Nasywa Nathania Hamzah, 7, menonton. Dia mengaku sekalian mengajarkan akidah dan melihat bagaimana kesulitan orang lain.

"Memang saya bukan ibu yang sempurna. Tapi, setidaknya saya selama ini berusaha mengajarkan ilmu dengan perbuatan. Salah satu contohnya shalat. Dengan saya rajin shalat, dengan sendirinya anak saya nanti ikut rajin karena melihat ibunya," ungkapnya. (wan)

Christine Hakim dan Rudi Soedjarwo

0 comment

Tidak ada istilah senior saat mengapresiasi kepiawaian seseorang. Itulah salah satu alasan Christine Hakim menerima tawaran peran sebagai Citra di In The Name Of Love garapan Rudi Soedjarwo.

Walau boleh dibilang pakar dan senior dalam bidangnya, Christine Hakim ternyata sangat mengagumi sutradara muda Rudi Soedjarwo. Makanya ketika ditawari berakting di film Rudi, In The Name of Love, Christine langsung mau.

"Waktu ditawari Rudi, saya langsung oke karena saya mengagumi Rudi sebagai sutradara muda. Saya lihat dia sutradara yang punya standar sendiri dan rambu-rambu. Seharusnya, generasi muda sekarang jangan terlalu money oriented dalam membuat film, tapi lebih ditekankan pada kualitas film," kata Christine kepada rileks.com usai press screening film In The Name of Love, Minggu, 6/4-2008.

Lama tak muncul di layar lebar, peraih enam Piala Citra ini ternyata tidak merasa kaku dalam berakting. Diam-diam rupanya, Christine tetap mengamati dunia perfilman Indonesia dan mengasah kepekaan serta pikirannya.

"Biar pun sudah lama nggak akting, tidak ada perasaan kaku. Toh, saya bukan orang baru di industri film. Saya benar-benar bisa menikmati akting saya di film ini. Apalagi, saya bertemu teman-teman lama. Ada Tuti Kirana, Roy Marten, dan Cok Simbara. Saya merasa seperti reuni dengan mereka," tuturnya.

Meski di film In The Name of Love, banyak terdapat sejumlah pemain muda. Wanita kelahiran 25 Desember 1956, ini ternyata tidak merasa dirinya sebagai aktris senior.

"Tidak ada perbedaan antara senior dan yunior. Kita di sini saling mengingatkan. Saya sudah senior, bukan berarti saya tidak salah. Tidak ada gap antara senior dan yunior. Yang penting bagaimana bisa mendapatkan chemistry. Saya sebagai artis merasa gagal jika tidak mendapat chemistry dengan pemain lain," pungkasnya. (wan)

JellyMuffin.com - The place for profile layouts, flash generators, glitter graphics, backgrounds and codes
JellyMuffin.com - The place for profile layouts, flash generators, glitter graphics, backgrounds and codes